SELAMAT DATANG

.

Jumat, 28 Januari 2011

Peta Transek dan Deskripsi Areal Mangga Sliyeg dan Cikedung

Foto 1. Peta Transek area Mangga Gedong Gincu Sliyeg

  Deskripsi Lokasi Areal Mangga di Desa Sleman Lor Kec. Sliyeg Indramayu

Penggunaan Lahan
Pemukiman/Pekarangan
/Pesawahan
Pemukiman/Kebun
/Ladang/Darat
Pemukiman/Kebun
/Darat/Tegalan
Jenis Tanah
Podsolik
Podsolik
Podsolik
pH Tanah
3,5 - 4
3,5 - 4
3,5 - 4
Tekstur
Lempung Berpasir
Lempung Berpasir
Lempung Berpasir
Elevasi Tingkat Kemiringan
0 – 5 %
0 – 5 %
0 – 5 %
Pengusahaan
Tupang Sari
Tumpang Sari
Tumpang Sari
Pola Tanam
Padi/Palawija
Padi/Palawija
Palawija
Tanaman :
-   Tahunan


-   Semusim

Pisang, Mangga
Sebagian Kecil : Jambu, Nangka

Padi, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, Paria, Terong, Tomat, Cabe, Kacang Panjang, Mentimun

Pisang, Mangga
Sebagian Kecil : Jambu, Nangka

Padi, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, Paria, Terong, Tomat, Cabe, Kacang Panjang, Mentimun

Pisang, Mangga
Sebagian Kecil : Jambu, Nangka

Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, Paria, Terong, Tomat, Cabe, Kacang Panjang, Mentimun
Sumber Air
½ Teknis, Tadah Hujan, Sumur Pantek
½ Teknis, Tadah Hujan, Sumur Pantek
½ Teknis, Tadah Hujan, Sumur Pantek
Pengusahaan Ternak
Ayam, Bebek, Itik, Kambing, Domba, Sapi
Ayam, Bebek, Itik, Kambing, Domba, Sapi
Ayam, Bebek, Itik, Kambing, Domba, Sapi
Sarana dan Prasarana Pendukung
Jalan Desa, Sekolah, Masjid, Kendaraan, Ojeg, dll
Jalan Desa, Sekolah, Masjid, Kendaraan, Ojeg, dll
Jalan Desa, Sekolah, Masjid, Kendaraan, Ojeg, dll
Hama/Penyakit Utama Mangga
Lalat Buah, Wereng, Diplodia
Lalat Buah, Wereng, Diplodia
Lalat Buah, Wereng, Diplodia
Masalah Umum
-   Teknologi Budidaya Tanaman
-   Pasca Panen
-   Modal Usahatani
- Teknologi Budidaya Tanaman
- Pasca Panen
- Modal Usahatani
- Teknologi Budidaya Tanaman
- Pasca Panen
- Modal Usahatani
Peluang
-   Teknologi Inovasi
-  Keragaman Tanaman
-  Pemberdayaan Kelompok
-   Kelembagaan
-   Pasar
-   Teknologi Inovasi
-  Keragaman Tanaman
-  Pemberdayaan Kelompok
-   Kelembagaan
-   Pasar
-   Teknologi Inovasi
-  Keragaman Tanaman
-  Pemberdayaan Kelompok
-   Kelembagaan
-   Pasar





Foto 2. Peta Transek area Mangga Gedong Gincu Cikedung


  Deskripsi Lokasi Areal Mangga di Desa Jatisura Kec. Cikedung Indramayu

Penggunaan Lahan
Pemukiman/Pekarangan
/Pesawahan
Pemukiman/Kebun
/Ladang/Darat
Pemukiman/Kebun
/Darat/Tegalan
Jenis Tanah
Aluvial
Aluvial
Aluvial
pH Tanah
4,5 - 5
4,5 - 5
4,5 - 5
Tekstur
Lempung
Lempung
Lempung
Elevasi Tingkat Kemiringan
0 – 5 %
0 – 5 %
0 – 5 %
Pengusahaan
Tupang Sari
Tumpang Sari
Tumpang Sari
Pola Tanam
Padi/Palawija
Padi/Palawija
Palawija
Tanaman :
-   Tahunan


-   Semusim

Pisang, Mangga
Sebagian Kecil : Jambu, Nangka

Padi, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, Paria, Terong, Tomat, Cabe, Kacang Panjang, Mentimun

Pisang, Mangga
Sebagian Kecil : Jambu, Nangka

Padi, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, Paria, Terong, Tomat, Cabe, Kacang Panjang, Mentimun

Pisang, Mangga
Sebagian Kecil : Jambu, Nangka

Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, Paria, Terong, Tomat, Cabe, Kacang Panjang, Mentimun
Sumber Air
½ Teknis, Tadah Hujan, Sumur Pantek
½ Teknis, Tadah Hujan, Sumur Pantek
½ Teknis, Tadah Hujan, Sumur Pantek
Pengusahaan Ternak
Ayam, Bebek, Itik, Kambing, Domba, Sapi
Ayam, Bebek, Itik, Kambing, Domba, Sapi
Ayam, Bebek, Itik, Kambing, Domba, Sapi
Sarana dan Prasarana Pendukung
Jalan Desa, Sekolah, Masjid, Kendaraan, Ojeg, dll
Jalan Desa, Sekolah, Masjid, Kendaraan, Ojeg, dll
Jalan Desa, Sekolah, Masjid, Kendaraan, Ojeg, dll
Hama/Penyakit Utama Mangga
Lalat Buah, Wereng, Diplodia
Lalat Buah, Wereng, Diplodia
Lalat Buah, Wereng, Diplodia
Masalah Umum
-   Teknologi Budidaya Tanaman
-   Pasca Panen
-   Modal Usahatani
- Teknologi Budidaya Tanaman
- Pasca Panen
- Modal Usahatani
- Teknologi Budidaya Tanaman
- Pasca Panen
- Modal Usahatani
Peluang
-   Teknologi Inovasi
-  Keragaman Tanaman
-  Pemberdayaan Kelompok
-   Kelembagaan
-   Pasar
-   Teknologi Inovasi
-  Keragaman Tanaman
-  Pemberdayaan Kelompok
-   Kelembagaan
-   Pasar
-   Teknologi Inovasi
-  Keragaman Tanaman
-  Pemberdayaan Kelompok
-   Kelembagaan
-   Pasar

Berenuk Pengendali Tikus

Salah satu hama yang dihadapi oleh petani jamur dan hortikultura lainnya adalah tikus. Hewan ini termasuk omnivora yang agresif dan sulit dikendalikan. Beberapa waktu lalu, kami mendapati beberapa kubung jamur yang juga diserang tikus. Biasanya tikus menyerang bagian bawah kubung jamur dengan menggerogoti bilik bambu (terutama) dan plastik penutup kubung bagian bawah. Beberapa kubung jamur terserang tikus yang kami amati, menunjukkan banyak lubang di bagian depan, samping dan belakang. Serangan tikus ini bisa fatal karena merusak media tanam jamur yang tersimpan di rak-rak dalam kubung.


Pengendalian OPT tikus pada kubung ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah penggunaan berenuk. Berenuk (Crescentia cujete L. merupakan tanaman tahunan dengan tinggi sekitar 4- 5 meter, dengan daun yang agak tebal dan kecil, bagian batang cokelat keputihan dengan kulit yang tebal keriput dengan buah bulat berwarna hijau dengan diameter antara 10 – 20 cm. Tanaman Berenuk tersebar di wilayah pantai hingga pegunungan. Berikut alternatif kegunaan berenuk dalam penanganan hama tanaman hortikultura. 

Foto 1. Buah Berenuk berkhasit pengendali tikus

Penggunaan pada kubung jamur dilakukan dengan pemasangan lembaran seng disekeliling kubung jamur. Dibagian dalam diberi rongga/jarak sekitar 5-10 cm begitu juga dibagian luar. Tujan dari pembuatan rongga tersebut adalah untuk menebarkan buah berenuk yang terlebih dahulu telah dipotong (dicacag) kecil-kecil. Selama penebaran potongan buah berenuk tersebut, hindari agar jangan sampai ada unggas semisal ayam dan bebek yang mendekat dan memakan potongan berenuk tersebut. Menurut pengalaman, biasanya unggas yang memakan potongan  buah berenuk tersebut tidak bisa bertahan.

Foto 2. Tekstur Pohon Berenuk 

Penggunaan berenuk untuk mengendalikan hama tikus juga bisa diterapkan pada lahan sawah dan kebun sayuran dan palawija. Cara penggunaannya juga sama : buah berenuk tersebut dipotong kecil lalu ditaburkan di sekitar lahan sawah atau lahan sayuran dan palawija. Melihat fungsi dan keberadaan tanaman berenuk yang mulai langka, maka perlu ada upaya konservasi tanaman tersebut agar plasma nutfah yang berkhasiat ini bisa kita lestarikan.

Rabu, 26 Januari 2011

Bertani Cerdas (smart farming)


Kata cerdas adalah salah satu kata istimewa yang memberi keunggulan dalam apapun yang tersemat. Bila anda amati di setiap daerah, pada waktu pemilihan wakil rakyat maupun kepala daerah selalu saja ada kontestan yang mengusung kata cerdas. Atau mungkin yang begitu banyak diikuti oleh generasi produktif negeri ini adalah cara bekerja cerdas. Saya tidak ingin membahas itu, karena tulisan saat ini lebih banyak mengupas tentang kata cerdas yang disimpan dibelakang kata bertani.

Ya, Bertani cerdas. Saya pun sesungguhnya tidak memahami betul apa yang dimaksud dengan bertani cerdas, karena menurut sudut pandang saya kata bertani cerdas memuat frame berpikir yang demikian luas, sebut saja tidak hanya memahami bagaimana cara budidaya tapi juga mengemas dan memasarkan dengan baik agar mendapatkan nilai tambah yang optimal. Atau memahami fisiologi dan karakteristik hama dan penyakit sehingga mampu mengembangkan pestisida nabati yang tentunya meminimalkan biaya usaha tani.

Namun untuk kali ini (selasa, 25 Januari 2011), pada acara dimana kami seluruh stake holder pertanian di Kabupaten kami bekerja diundang adalah bertani cerdas dalam bentuk pelayanan prima dari salah satu BUMN pertanian terkemuka di negeri ini untuk para petani. Pelayanan prima tersebut terdiri dari :

A. Toko swalayan pertanian

Konsep toko ini sebenarnya modifikasi dari kios pertanian yang ada di desa-desa. Hanya saja di toko swalayan pertanian ini ada beberapa nilai tambah yang ditawarkan seperti harga yang tertera pada setiap label produk, tempat pembelian yang nyaman serta harga yang lebih murah.

B. Pendampingan budidaya intensif

Konsep kedua yang saya kira sangat menarik. Para ahli budidaya pertanian yang merupakan bagian dari toko swalayan ini, bersedia memberikan bimbingan langsung terhadap para petani yang berminat mengembangkan varietas komoditas sesuai paket yang ditawarkan. Hal ini tidak main-main karena bimbingan tersebut akan sangat jauh dengan pola kebiasan petani dalam bercocok tanam yang selama ini dilakukan. 

Bimbingan budidaya ini terlebih dahulu dilakukan dengan melakukan rujukan terhadap peta kesesuaian lahan, kandungan unsur hara dan pola irigasi pada masing-masing desa dan kecamatan. Hal ini berarti sarana produksi yang digunakan oleh petani yang satu dengan petani yang lainnya akan sangat berbeda tergantung pada kondisi lahan dimana petani tersebut berada. Konsep ini kelihatannya sangat menarik karena mengembangkan integrasi antara pemasaran dan bimbingan di lapangan.



Beberapa upaya integrasi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut mengingatkan saya pada apa yang dahulu pernah digagas pada Tahun 1998 silam oleh mahasiswa ditempat dulu saya menimba ilmu. Sebuah konsep yang dinamakan ‘AgriCon atau agro consultant’...maaf apabila saya salah, dimana konsep ini ingin mengoptimalkan peran mahasiswa yang berfungsi sebagai pelaksana, pembimbing dan penyedia klinik bagi budidaya pertanian. Sayang, saat itu saya tidak terlibat didalamnya, sehingga saya tidak tahu persis kenapa kelompok ini tidak jalan.




Kembali ke bertani cerdas, bentuk pendekatan usaha seperti ini bisa menjadi alternatif untuk meningkatkan pendapatan yang lebih baik sepanjang petani konsumen tetap dijadikan subyek yang juga didengarkan pengalamannya, dihargai kearifan lokalnya serta dicarikan alternatif untuk pemasaran produk yang dibudidayakan tersebut (Nandang Nurdin untuk Pembukaan TOPSINDO, Toko Swalayan Pertanian, 22 Januari 2011, Patrol Indramayu).

Minggu, 23 Januari 2011

Mulsa Mempercepat Pembentukan Buah


Jum’at, 21 Januari 2011, kami (Bidang Hortikultura) melihat perkembangan dan pemanenan bunga kol di salah satu kecamatan di pesisir Indramayu yaitu Kecamatan Pasekan. Kecamatan ini termasuk kecamatan yang berbatasan langsung dengan garis pantai utara Jawa dengan ketinggian kurang lebih 1 meter DPL. Salah seorang petani disana mengembangkan budidaya bunga kol yaitu sayuran dataran tinggi yang bisa diadaptasikan di dataran rendah. Melihat perkembangannya memang penanamanan bunga kol di pesisir Indramayu bukanlah hal baru. Dari tahun 2008 bunga kol memang sudah bisa diadaptasi dan dikembangkan di Indramayu.



Pada jum’at siang itu yang menarik adalah tanaman yang kelihatan bersih dan sehat serta terbebas dari serangan ulat yang menyerang daun. Setelah diamati ternyata petani tersebut menggunakan mulsa dalam mengembangkan budidaya bunga kol tersebut. Mulsa merupakan lapisan penutup tanah yang biasanya terbuat dari plastik ataupun bahan organik lain seperti jerami dan lain sebagainya. Selama ini pengunaan mulsa bagi pengembangan hortikultura di wilayah pegunungan sangat lazim. Petani di daerah tersebut sangat kenal dan terbiasa menggunakannya. Namun hal ini berbeda untuk petani di dataran rendah yang terbiasa mengandalkan pupuk dan pestisida.

Ada beberapa keunggulan dalam penggunaan mulsa pada budidaya bunga kol di dataran rendah :

  1. Yang terutama adalah mempercepat proses pembungaan dan pembentukan buah. Hal ini diduga karena sedikitnya gulma di sekitar daerah akar sehingga nutrisi dalam tanah bisa terserap secara optimal. Berdasarkan petak pengamatan, tanaman bunga kol yang menggunakan mulsa seminggu lebuh cepat berbuah dibandingkan dengan tanaman bunga kol yang ditanam ditanam tanpa perlakuan mulsa.
  2. Serangan OPT rendah. Hama lalat yang mengganggu pada daun dan buah tidak nampak. Diduga tidak nampaknya ulat ini akibat dari bersihnya daun dari tanah bekas cipratan hujan yang biasanya menempel pada daun bagian dalam pada waktu musim hujan. OPT yang terlihat hanyalah belalang dan itupun bisa dikendalikan dengan pestisida dosis rendah.
  3. Buah dan daun tanaman lebih bersih sehingga media tanam bisa diperpendek dan pencucian hasil panen bisa dilakukan dengan cepat



Penggunaan mulsa pada budidaya hortikultura di wilayah Indramayu, baru terbatas pada budidaya tanaman cabe dan bunga kol. Melihat penggunaannya, mulsa bisa jadi referensi buat petani hortikultura untuk mendapatkan hasil dan kualitas produksi yang lebih baik. 

1.     
Ya



Sabtu, 15 Januari 2011

Program Rintisan ALPP (Area of Low Pest Prevalation)

Membebaskan Mangga Indramayu dari Lalat Buah (2)



Melihat luasnya dampak serangan lalat buah pada tanaman mangga tersebut, ada beberapa cara yang ditempuh untuk paling tidak mengurangi intensitas serangan lalat buah pada tanaman mangga di Indramayu melaui upaya regulasi dan penerapan kawasan bebas lalat buah.

Kegiatan ini dilaksanakan melalui penerapan peraturan karantina antar daerah/wilayah/Negara yang ketat untuk membatasi sirkulasi lalat dan produk buah yang terkena serangan lalat buah. Pada Tahun 2010 dilaksanakan Program Rintisan ALPP (Area of Low Pest Prevalation).

Program rintisan ALPP ini lebih bertujuan untuk membangun kawasan kebun atau buah-buahan yang steril. Kawasan ini idealnya adalah kawasan yang mempunyai penghalang (barrier) yang cukup luas dan panjang yang memungkin lalat buah tidak bisa menyentuh daerah tersebut. Bahkan itupun belum cukup kawasan ini seharusnya betul-betul diciptakan agar menjadi kawasan bebas penyakit (Zero Pest Area – ZPA).


Kawasan ideal ini sebetulnya tidak ada di wilayah Kabupaten Indramayu, karena pola pengembangan mangga masih bertumpu pada lahan pekarangan. Sebagian besar penduduk Indramayu menanam pohon mangga di depan rumah dan di pekarangan, karena ada pendapat umum di masyarakat bahwa setiap rumah wajib punya pohon mangga. Hal ini juga yang secara aplikasi sangat sulit menciptakan ZPA disini karena bentangan pohon mangga yang acak disertai dengan peta transek yang beragam dan rumah penduduk. Lalat buah bisa berinang dimana saja dan tidak mempunyai barrier yang jelas dan luas.


Dipilihnya kawasan Cikedung sebagai daerah rintisan Areal dengan prevalensi rendah lalat buah (ALPP) karena kawasan ini terbilang unik, letaknya menjorok ke dalam jauh dari perkampungan dan terhalang oleh saluran irigasi. Posisi kebun juga terbentang seluas 70 Ha dengan tanaman keras semisal jati, padi ladang dan padang penggembalaan. Diujung kawasan terpisah dengan kebun tebu dan sebuah danau kecil bernama Rawa Bolang. Karakteristik ini paling tidak bisa memenuhi criteria untuk persyaratan sebuh kawasan rintisan Areal dengan prevalensi rendah lalat buah (ALPP).


Kegiatan yang diaplikasikan pada Tahun 2010 meliputi sosialisasi penerapan SOP/GAP, penanganan lalat buah, pemasangan perangkap lalat buah dan penguatan kelembagaan petani. Kegiatan ini direncanakan berlangsung secara gradual sampai tahun 2014.