SELAMAT DATANG

.

Rabu, 30 Maret 2011

Si Putih Pleurotus ostreatus Pembawa Rejeki


Foto 1. Jamur Tiram
Abdul Kanan begitu gembira mengajak kami ke ruangan kecil bekas kamar samping rumahnya, “Disini dulu pernah saya bikin kerajinan sandal, tapi bangkrut, Mas” katanya mengenang masa lalu. “Kemudian saya usaha lagi bikin bola, tapi ga jalan lagi. Alhamdulillah sekarang ada si Putih” katanya berseri-seri sambil memperlihatkan deretan rak jamur tiram hasil budidayanya.

Petani dari Sukagumiwang ini sudah membudidayakan jamur tiram di rumahnya selama 1 tahun. “Alhamdulillah Mas, dulu saya pernah usaha terus bangkrut, jadi kuli di Jakarta sampai pernah jadi TKI di luar negeri, sekarang dengan budidaya jamur tiram keluarga saya terbantu”, katanya. 

Berawal dari coba-coba dia pun mencoba membudidayakan jamur tiram, dia tertarik karena teknik budidayanya yang mudah serta pemasarannya yang gampang. Dia pun mengajak saudaranya membuat kubung sederhana dari bekas kamar depan rumahnya, dengan modal Rp. 600.000,- dia membuat rak bambu ukuran 3x6 meter, yang cukup untuk 2.000 log jamur tiram. Dengan rata-rata berat jamur 1-2 ons, maka setiap hari bisa menghasilkan 10 kg. Saat ini harga jamur tiram di petani untuk konsumsi pasar sekitar Sukagumiwang dan Kertasemaya Indramayu berkisar antara Rp. 11.000 – Rp. 13.000,- dan kebutuhan pasar masih sangat terbuka. “Saya ditawari masok 50 kg per hari, Pak..ya saya cuma kita belum sanggup” kata Suwenda saudara sepupunya yang sama-sama mengurus jarum tiram tersebut.

Foto 2. Nandang Nurdin (penulis) dan Abdul Kanan
Melihat peluang jamur tiram tersebut Abdul Kanan dan Suwenda kemudian membentuk Kelompok Tani Tiram Mandiri dan mengembangkan jaringan budidaya jamur tiram di Sukagumiwang. Jumlah Jamur Tiram yang dibudidaya sebanyak 6.800 log.”Kami berencana mengembangkan sampai 10.000 log, Pak..kami masih terkendala modal, untuk itu harus ada investasi sekitar Rp.40.000.000,-“. Lain halnya dengan Marta, lelaki periang berambut panjang ini membuat kubung di Blok Nyongat Sukgumiwang ukurannya relatif besar 9 x 4 meter, yang bisa menampung 4.800 log. Usaha yang ditekuni lebih dari 1 tahun itu saat ini telah mampu menghasilkan produksi jamur tiram 24 kg jamur tiram segar setiap hari dan dibeli oleh pengepul setempat dengan harga Rp.12.000.000,-.

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah sumber pangan bergizi tinggi yang setara daging dan ikan. Kandungan nutrisi jamur tiram per 100 gram adalah protein 10,5-30,4% Karbohidrat 56,60 %, lemak 1,7-2,2% dan serat 7,5-8,7%. Di Indonesia yang banyak dikembangkan adalah jamur tiram putih. Jamur tiram diproduksi tanpa pupuk dan pestisida. Jamur ini tumbuh dengan memanfaatkan unsur hara pada kayu yang menjadi medianya. Jmaur ini mudah dibudidayakan, tidak perlu lahan luas, teknologinya sederhana dan masa produksinya relatif lebih cepat sehingga waktu panen lebih cepat. Kubung jamur tiram juga tidak harus khusus dan bisa di ruangan mana saja asal bersuhu 22-26°C dan kelembaban 80-90%. Selain itu kubung jamur juga memerlukan intensitas cahaya sekitar 40 lux (tidak boleh gelap dan sinar matahari menyebar ke seluruh bagian rumah jamur) dan memerlukan sirkulasi udara yang lancar guna menjamin pasokan oksigen. Untuk itu, dinding rumah jamur bisa dari anyaman bambu atau tembok asal diberi ventilasi jendela.

Foto 3. Rak Jamur Merang
Perhitungan Usaha Tani

Waktu budidaya jamur tiram putih sekitar 4-5 bulan. Berdasarkan Jamur Tiram (jenis florida) : bila dalam kantong media yang dipelihara 2.000 buah, dengan bobot per kantong 1,2 kg akan diperoleh total produksi 1.200 kg. Asumsinya setiap kantong memperoleh hasil minimum, yaitu 0,50 kg. Jumlah ini sudah dikurangi resiko kegagalan. Bila modal per kantong 2.500, total modal 2.000 kantong adalah Rp. 5 juta. Harga jamur tiram ditingkat petani sekitar 8.000-12.000. Pendapatan minimum petani 9.600.000,-. Jadi laba bersih 4.600.000/musim. Keuntungan tersebut belum termasuk modal tetap untuk pembuatan rumah jamur. Apabila petani memelihara sekitar 3.000 – 5.000 kantong, dengan luas lahan sekitar 50 m², biaya produksi akan lebih efisien, sehingga keuntungan yang diperoleh lebih menarik.

Foto 4. Nandang Nurdin (penulis) dan Marta Atmaja
 Petani jamur tiram di Indramayu sendiri berkembang dengan pesat tercatat setidaknya 22 orang petani yang mengembangkan jamur putih ini dengan total sekitar 50.000 log dengan produksi 250 kg per musim. Pada umumnya, petani belum mampu membuat baglog sendiri, sebagian besar masih didatangkan yaitu Jatibarang, Lembang dan Purwokerto. Alasan petani pada umumnya adalah karena bibit diantar sampai tempat dan terhindar resiko jamur tiramnya tidak tumbuh. “Kami memberikan jaminan terhadap bibit kami, apabila tidak tumbuh maka kita ganti”. Kata Endi petani pembuat baglog dari Jatibarang.  

(Nandang)

Kamis, 03 Maret 2011

ASAL MENULIS, BAPAK SENANG

Pic by Hengky
Wajah Pak Toto begitu gembira, sambil tersenyum dia berkata “inilah yang saya inginkan dari dulu” kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Indramayu itu. “saat ini, diperlukan tulisan-tulisan yang baik agar masyarakat kenal pertanian, untuk pembangunan pertanian juga diperlukan kajian dan proposal yang baik” ujarnya.

Selama ini, media yang menjembatani petani dan dinas pertanian sangat kurang. Bila pada zaman orde baru, pemerintah banyak sekali mencetak buku, bulletin dan leaflet tentang pertanian, saat ini bahan-bahan tersebut terbatas sekali, sehingga banyak teknologi, kajian-kajian, maupun berita kegiatan yang tidak tersampaikan secara utuh kepada petani.
Pic by Hengky

Untuk itulah maka, Dinas Pertanian, pada hari Senin, Tanggal 28 Februari 2011 mengadakan pelatihan jurnalistik dan website maintenance yang bertempat di ruang rapat Gedung Hortikultura, dengan narasumber Destika Cahyana, Imam Wiguna dan Faiz Yajri dari Majalah TRUBUS. “Training sangat perlu, makanya saya ikut, Alhamdulillah gratis, tapi kalaupun bayar saya pasti akan ikut” kata Dian Daju, seksi kesehatan hewan Bidang Peternakan.

Suasana pelatihan tersebut begitu mengalir dan santai, sehingga peserta begitu menikmati. Materi yang dibahas adalah tren informasi pertanian, teknik penggalian informasi serta jurnalistik pertanian. Acara sendiri terbagi kedalam 2 sesi yaitu penyampaian materi dan praktek penulisan.

Hanya sayang ada beberapa kekecewaan dari peserta. “antusiasme peserta sebenarnya pada websitenya, bukan hanya jurnalistik” Kata Hengky, “mereka ingin belajar membuat tulisan kemudian dimasukan ke website, senang rasanya kalau bisa melihat tulisan kita di website" ujar pria berkaca mata ini.

Pic by Hengky
Websitenya sendiri baru akan digarap pada Bulan Maret ini bekerjasama dengan BPPT Kementrian Riset dan Teknologi Jakarta. Melihat antusiasme peserta sepertinya keberadaan website akan mempunyai dampak positif khususnya bagi para peserta pelatihan. Terlepas dari kekurangan yang ada, acara pelatihan ini berjalan lancar. “Alhamdulillah, saya merasa senang, selain dapat ilmu, saya bisa bertemu sama Kang Imam dari TRUBUS, teman lama saat kegiatan mahasiswa dulu di Kalimantan” kata Subagyo peserta dari Bidang Hortikultura.

(Nandang untuk Pelatihan Jurnalistik dan Website Maintenance - Maret 2011)