SELAMAT DATANG

.

Sabtu, 28 Januari 2012

Alat Potong Jerami Sederhana dan Sapi Simental

Mencoba Alat pemotong jerami untuk pakan sapi
Usaha Tani tidak harus identik dengan peralatan modern, itulah kesan yang disampaikan oleh Kadma, petani organik dari Desa Mulya Sari, Bangodua - Indramayu ketika kami mengunjungi lokasi beras organik dan peternakan sapi miliknya. Kadma memiliki 2 hektar lebih lahan padi organik dan 20 ekor sapi jenis Ongol dan Simental.


Yang menarik, kadma tidak pernah menggunakan alat modern untuk memotong jerami guna keperluan pakan sapinya. Hanya sebuah alat sederhana yang berupa golok panjang yang ujungnya dibaut pada sebuah dudukan kayu. Tapi cara ini terbukti efektif dan Kadma berhasil mengembangkan budidaya padi organik dan juga sapi. (Nandang)

Sabtu, 28 Mei 2011

Mengurai Kardus Bekas, Menuai Jamur

Foto 1. Media Tanam Jamur Kardus
Tidak ada rotan, akar pun jadi. Mungkin pepatah itulah yang dijadikan pegangan oleh Bambang dalam budidaya jamur. Bila petani yang lain banyak yang berpikir dua kali untuk membudidayakan jamur merang karena harus mengeluarkan investasi yang cukup tinggi dalam pembuatan kubung, Bambang hanya memanfaatkan sebuah bangunan tua yang tidak terpakai di sekitar rumahnya untuk budidaya jamur. Bangunan seukuran 5 x 4 meter tersebut didalamnya dibuat 3 buah kubung kecil dari plastik, seperti bangunan dalam pada jamur merang dengan ukuran: 3 x 1 m, 3 x 1 m dan 3 x 1,5 m. “Dengan pemanfaatan bangunan tua ini, secara otomatis ada penghematan, karena tidak harus membuat kubung, “kata Bambang.

Di Kabupaten Indramayu, terdapat dua jenis material kubung yang digunakan petani, yang pertama menggunakan penutup bilik bambu dan yang kedua menggunakan penutup stereofoam. Kedua jenis kubung pada dasarnya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, Kubung dari bilik bambu lebih murah, hanya saja daya tahannya kurang dari 2 tahun, sedangkan yang memanfaatkan streofoam bisa bertahan hingga 5 tahun dan lebih bisa menstabilkan suhu kubung walaupun dengan harga yang lebih mahal. Carmin, petani champion jamur merang Indramayu mengatakan bahwa pada dasarnya budidaya jamur didalam bangunan bisa dilakukan asal bisa memenuhi kestabilan suhu yang diperlukan dalam pertumbuhan jamur merang.
Foto 2. Kardus bahan baku jamur

Tidak hanya material kubung jamur yang dimodifikasi oleh Bambang namun juga bahan baku, kesulitan mendapatkan jerami, karena masa tanam padi belum mulai bambang pun memanfaatkan kardus bekas dalam budidaya jamur merangnya. Prosesnya pada dasarnya sama dengan persiapan media jamur merang pada umumnya, hanya saja budidaya jamur dengan menggunakan media kardus ini tidak menggunakan kapas dan sedikit bekatul, sebagai gantinya Bambang menambahkan kangkung, bonggol pisang, abu bakar dan pupuk organik cair. Bambang mengaku dengan ukuran kubung seluas 10,5 m² di blok pasar Kerticala Kec. Tukdana Indramayu tersebut, bisa memetik jamur sekitar 1 kwintal. Dengan harga jual Rp. 15.000 per kg maka dalam satu kali produksi bisa menghasilkan keuntungan kotor Rp. 1,5 juta, dengan pengeluaran bibit dan bahan baku kardus sebesar Rp. 760.000,- maka keuntungan yang didapat sebesar Rp. 740.000,-.
Foto 3 : Nandang Nurdin (penulis) dan Bambang

Bambang cukup merasa bersyukur dengan usahanya tersebut, kesulitan yang dihadapinya adalah kesulitan bahan baku kardus, “ harga kardus bekas sekarang sudah Rp. 1.500 per kg, itupun semakin sulit didapat” kata Bambang yang selama ini mengandalkan supplai kardus dari toko-toko di sekitar rumahnya. Perkembangan inilah yang dikhawatirkan oleh Ito Sumitro, praktisi jamur, sehingga menghimbau agar petani jamur tidak lagi menggunakan media kardus, “selain harganya terus meningkat, jamurnya juga ringan dan dikhawatirkan mengandung residu kimia dari kardus dan pewarnanya. Mengingat potensi jerami yang tinggi di Kabupaten Indramayu, maka seharusnya pemanfaatan limbah padi tersebut memang layak diprioritaskan dalam budidaya jamur merang, karena konsumen menginginkan produk yang berkualitas dan menyehatkan” katanya. (Nandang)

Jumat, 15 April 2011

Sang Kuda Putih yang Meresahkan

Hampir seluruh daun mangga cengkir tersebut habis, yang tersisa hanya tulang daun. Dan di percabangan batang, nampak 'Sang Kuda Putih' tertidur bergerombol kekenyangan. 

Rois sang pemilik kebun mangga melihat menatap mangganya yang berumur 2 dan 5 tahun dengan sedih. Tanaman mangga tampak seperti habis dicukur, gundul dan yang tersisa hanya tinggal daun. Dari kenyataan itu maka Kamis, 14 Mei 2011, Tim dari Perlindungan Tanaman Hortikultura Dinas Pertanian dan Peternakan Indramayu dan KCD, PPL Pertanian setempat mengunjungi untuk mengamati kerusakan serangan dan mengidentifikasi jenis ulat yang ganas tersebut. 

Sample yang diambil dilapangan memperlihatkan bahwa species ulat yang menyerang adalah Ulat Jaran Putih (Orygia postica). Jaran Putih diambil dari Bahasa Jawa yang berarti Kuda Putih. Larva ulat ini menyerang daun, daun tanaman berlubang, pada serangan berat daun hanya tersisa tulang daun saja. Larva juga menggigit dan mengunyah daun dan menelannya. Ulat ini termasuk kedalam kategori hama minor yang merusak tanaman namun tidak mematikan secara langsung. Pengendalian terhadap hama ulat ini bisa dilakukan secara organik maupun kimiawi. Pengendalian secara organik dapat dilakuan dengan memanfaatkan musuh alami yaitu Apanteles colemaniBarchymeria femorata,Exorista bombycis sebagai parasitoid larva dan Bacillus thuringiensis dan Nucleopolyhedrosis virus sebagai patogen ulat jaran putih. Sedangkan pengendalian secara kimiawi bisa menggunakan aplikasi malathion, dimethoate dan parathion.

Wilayah yang terkena serangan hama ulat bulu di Indramayu mulai menyebar yaitu di Kecamatan Cikedung, Kertasemaya, Bangodua, Kroya, Sliyeg dan Jatibarang. Khusus untuk Kecamatan Cikedung, lokasi yang terserang terdiri dari 2 lokasi. Lokasi pertama berada di koordinat 06.56043⁰ LS 108.13545⁰ BT, atau 3,2 km arah selatan Desa Loyang Kecamatan Cikedung. Vegetasi yang diserang oleh hama ulat bulu ini adalah mangga Gedong Gincu umur 5 tahun. Lokasi yang kedua berada di koordinat 06.56419⁰ LS 108.13253⁰ BT atau 3,7 km arah selatan Desa Loyang Kecamatan Cikedung di Blok Sinang - Sumur Santri. Vegetasi yang diserang mangga cengkir berumur 2 tahun. Kontur wilayah yang terkena serangan berupa perkebunan tanaman tahunan dan tanaman keras yang berbukit-bukit sehingga mempunyai banyak musuh alami seperti burung, concorang maupun hewan lainnya.

Namun, untuk menghindari serangan yang meluas, Dinas Pertanian dan Peternakan Indramayu beserta Camat, Danramil, Perangkat desa dan kelompok tani setempat keesokan harinya (Jum'at 15/04/2011) melakukan pengendalian dengan penyemprotan insektisa berbahan aktif cypermethrin. Diharapkan upaya kebersamaan ini bisa meminimalisir serangan hama yang meresahkan tersebut. (Nandang)