Tanaman mangga di Kabupaten Indramayu mempunyai potensi besar untuk dioptimalkan produktivitasnya. Varietas terbesar didominasi oleh jenis mangga yang mempunyai pangsa pasar yang baik, semisal cengkir 695,963 Pohon (sekitar 50% dari total produksi), Harumanis 250,450 Pohon (sekitar 18% dari total produksi) dan Gedong Gincu 152,362 Pohon (sekitar 11% dari total produksi). Melihat potensi ekonomis yang besar tersebut, maka Bidang Hortikultura mencoba memaksimalkan peran dalam pengembangan mangga, salah satunya melalui Seksi Perlindungan Tanaman Hortikultura.
Fakta yang diamati di lapangan, kerusakan yang mengurangi produksi dan produktivitas mangga di Indramayu masih berkisar pada kerusakan visual dan daging buah. Kerusakan visual lebih banyak disebakan oleh jamur sebagai sumber penyakit antraknosa, penyakit ini mengakibatkan penampilan fisik mangga menjadi tidak mulus karena banyak cendawan yang berwarna hitam pada kulit buah yang menyebar baik secara spot maupun menyebar. Kondisi ini diperparah dengan intensitas hujan yang tidak menentu akibat perubahan iklim.
Kerusakan daging buah yang terbesar disebabkan oleh adanya serangan lalat buah. Lalat ini mempunyai nama latin Bactrocera dorsalis, B. Neohumeralis, dan B. pedestris dengan family Tephritidae dan Ordo Diptera. Luar biasanya satu ekor lalat buah betina mampu menghasilkan 1.200 - 1.500 butir telur dan tidak memperlihatkan gejala serangan awal yang besar, hanya ditandai dengan noda/titik pada permukaan kulit buah bekas tusukan ovipositor pada saat lalat betina menyuntikan telur ke dalam buah mangga. Titik kecil ini kemudian menyebar sesuai dengan perkembangan telur hingga membusukkan daging buah mangga. Pada musim puncak serangan lalat buah bisa menyerang sekitar 6.000 Ha kumulatif tanaman mangga di Indramayu dan menyerang sekitar 2/3 dari areal mangga di Kabupaten Indramayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar